
hariangresik.com | GRESIK – Malam itu, Desa Sedagaran di Gresik bukan hanya ramai, tetapi bergemuruh. Deru teriakan penonton yang menyemangati timnya hingga suara gesekan sandal di tanah yang padat menciptakan suasana yang benar-benar hidup.
Ratusan sepeda motor dan mobil terparkir memadati area sekitar lapangan, menjadi saksi betapa antusiasnya masyarakat menyambut gelaran tarik tambang “Plariant Cup 2”. Sebuah tali tambang tebal membentang di tengah lapangan, memisahkan lebih dari 64 tim tangguh yang datang jauh-jauh dari Gresik hingga Lamongan, siap adu otot, strategi, dan yang terpenting adalah semangat persatuan.
Bagi panitia penyelenggara, Komunitas Plariant dan Karang Taruna Desa Sedagaran, Plariant Cup 2 bukan sekadar lomba. Ini adalah perwujudan visi untuk mengangkat martabat desa melalui olahraga tradisional.
Kepala Desa Sedagaran, Munif Effendi, S.E., menjelaskan filosofi di balik inisiatif ini, menekankan bahwa sebuah permainan rakyat dapat membawa dampak ekonomi dan sosial yang signifikan.
“Lomba olahraga tradisional tarik tambang ini dapat menjadi kegiatan berprestasi, sekaligus mampu meningkatkan kunjungan ke Desa Sedagaran,” ujar Munif Effendi. “Kami melihat potensi ganda di sini: sarana prestasi atlet daerah dan promosi pariwisata lokal yang efektif.”
Acara ini secara jelas menunjukkan bahwa event berbasis kearifan lokal mampu menarik massa lintas kabupaten, mengubah Desa Sedagaran dari titik biasa menjadi destinasi dadakan bagi para penggemar olahraga.
Dampak positif turnamen ini tak luput dari perhatian para pemangku kebijakan. Kehadiran sejumlah anggota legislatif menjadi sinyal kuat pengakuan terhadap upaya pelestarian budaya olahraga tradisional ini. Ketua DPRD Gresik, M. Syahlul Munir, didampingi oleh anggota DPRD F-Demokrat, Suberi, dan anggota DPRD F-PKB, Imron Rosyadi, turut hadir di tengah keramaian.
Para wakil rakyat ini memberikan dukungan dan semangat langsung kepada para peserta. Kehadiran mereka menegaskan bahwa tarik tambang, meskipun sering dianggap sekadar permainan 17-an, memiliki posisi penting dalam agenda pelestarian budaya dan pengembangan pemuda desa. Mereka secara tidak langsung mendorong agar semangat kompetisi, yang diwarnai sportivitas dan kegembiraan, terus mengakar di komunitas lokal.
Plariant Cup 2 menandai edisi kedua turnamen yang diselenggarakan secara konsisten oleh Komunitas Plariant dan Karang Taruna. Konsistensi ini menjadi fondasi kuat Desa Sedagaran dalam membangun brand event tahunan.
Menggunakan sistem gugur yang ketat, persaingan yang disajikan sangat dramatis dan penuh kejutan. Di luar adu strategi dan kekuatan, turnamen ini menjadi sarana ampuh memupuk persatuan antar pemuda dari berbagai desa dan kabupaten. Diharapkan, Plariant Cup akan terus menjadi agenda rutin, memastikan tali tambang ini tidak hanya melilit kekuatan, tetapi juga mengikat erat tali persaudaraan antar daerah. (clim)